ERASMUS HUIS : PERPUSTAKAAN YANG INSTAGRAMABLE

Perpustakaan Erasmus Huis

Hai…kamu..yang sudah klik link postingan ini, terima kasih ya…semoga kamu mau baca sampai akhir. Kamu mungkin salah satu pencinta buku yang suka hunting buku atau cari tempat yang banyak bukunya seperti perpustakaan- toko buku? Atau mungkin ngga terlalu suka baca tapi suka nongkrong ditempat yang instagramable ? Atau kamu seorang mahasiswa yang sedang mencari literatur , atau orang biasa saja kaya saya ? Siapapun kamu semoga postinganku ini bermanfaat. Perpustakaan Erasmus Huis itu di mana dan seperti apa? yuk kita baca pengalamanku yang kemarin baru saja ke sana.

Gambar di atas adalah tulisan di tembok gerbang gedung Kedubes Belanda yang terletak di Jalan HR Rasuna Said Kav S-3, Kuningan, Jakarta. Erasmus Huis memang gedungnya di area Kedutaan Besar Kerajaan Belanda dan di sana juga ada Pusat Bahasa Belanda. Untuk menuju lokasi ini lebih baik menggunakan bus Transjakarta, karena di dalam gedung ini tidak disediakan tempat parkir mobil atau motor. Jadi kalau mau parkir bisa di Mega Kuningan dilanjutkan jalan kaki. Kalau dari halte busway hanya beberapa menit jalan kaki. Selama pandemi ini untuk masuk ke perpustakaan Erasmus Huis dibatasi kuota hanya 18 orang, bahkan saat PPKM Level 2 dibatasi hanya 10 orang jadi masuknya bergantian. Ada security yang mengatur dari mulai cek suhu, cek tas dan menulis buku kehadiran. Ketentuannya kalau ramai hanya satu jam di perpustakaan namun pada saat saya kesana agak sepi jadi lebih dari 2 jam.

Begitu saya memasuki ruang perpustakaan, terpesona dengan interior ruangan yang keren di dominasi warna putih, ada lampu hias diatas ruangan, buku berjejer rapi dalam beberapa rak dan disiapkan tangga untuk mengambil buku yang diatas. Di dalam ruangan sepi sekali bahkan suara langkah kaki kita terdengar nyaring, seperti layaknya aturan perpustakaan sebaiknya memang tidak berisik. Saat itu hanya ada kurang lebih 10 orang yang ada di ruangan perpustakaan. Saya melihat buku-buku yang 90% berbahasa Belanda, bahkan ada beberapa penulis Indonesia yang buku nya diterjemahkan dalam bahasa Belanda antar lain buku Laksmi Pamuntjak. Ada juga buku yang berbahasa Inggris dan Indonesia namun jumlahnya sangat sedikit

rak buku berbahasa Indonesia

Saya juga memutuskan untuk meminjam buku dengan mendaftar menjadi anggota perpustakaan terlebih dahulu. Biayanya 50ribu dengan masa keanggotaan 1 tahun. Maksimal peminjaman 3 buku dan dikembalikan maksimal 3 Minggu, apabila ada keterlambatan dikenakan denda seribu per hari. Untuk pendaftaran anggota yang baru ini saya juga mendapatkan merchandise berupa Tote bag dengan tulisan Erasmus Huis. Buku yang saya pinjam punya Pramoedya Ananta Toer  dan Clifford Geertz, yang berjudul Mangir, Percikan Revolusi Subuh dan Negara Teater . Oiya, Jam operasional perpustakaan selama pandemi ini hanya Selasa -Sabtu Jam 10.00-16.00, sedangkan hari Minggu, Senin dan hari libur nasional tutup

Buku yang kuipinjam

Pada saat saya ke Erasmus Huis, sedang ada pameran fotografi tentang kepulauan Banda, pameran yang berjudul I Love Banda oleh Isabelle Boon. Pameran ini dari 25 Maret sampai 17 Juni 2022. Pameran I Love Banda menceritakan tentang 6 pemuda yang berteman dekat dengan Isabelle Boon yaitu Mega, Vani,Karis, Ulfa, Ode, Nabila dan Nyellow. Di gedung Kedubes Belanda memang sering dilaksanakan berbagai kegiatan seminar, pameran, pentas seni dll

Pameran ini masih berlangsung lama sampai bulan Juni, jadi kamu masih punya banyak waktu kalau mau melihat pameran fotografi ini sekaligus berkunjung ke perpustakaan Erasmus Huis. Oiya saya lumayan lama di sana karena saat itu hujan, jadi sekalian berteduh, numpang sholat, ada mushola kecil yang cukup bersih, dan ada cafe juga. Tempat ini sangat recomended untuk hang out atau mencari ilmu.

Sekian ceritaku hari ini, kalau kamu suka dengan postingan tentang perpustakaan lainnya, saya juga menulis tentang perpustakaan nasional. Kamu bisa baca di sini https://jendeladuniaku2015.wordpress.com/2017/10/22/jelajah-gedung-perpusnas-ri/

“HIDDEN GEMS” BAGI PARA PECINTA BUKU

sumber : https://sudinpusarjakpus.jakarta.go.id/

Hai…kamu, apa kabar? Semoga sehat dan bahagia ya..

Terima kasih sebelumnya sudah membuka postingan blogku dan mau membaca sampai selesai. Hampir setahun saya tidak membuka blog ini, maaf ya…kalau banyak sarang laba-laba nya. Kayanya sebutan blogger yang biasanya ada di link bio medsosku sudah tidak layak lagi, karena jarang ngeblog. Nanti kuhapus saja tulisan blogger di link Instagramku. Ok, sudah cukup basa-basinya, sekarang saya mau cerita pengalamanku beberapa bulan lalu, tepatnya tanggal 15 Januari…ooh udah lama ya…tapi baru sempat nulis sekarang, yaa,..gitu deh, gara-gara si M, (= M A L A S)

Jadi selama pandemi ini saya memang jarang keluar rumah, dan hari sabtu itu pengin menghirup udara jakarta yang biasanya penuh polusi, dan memutuskan untuk ke pasar Kenari, Jakarta. Mau ngapain jauh-jauh ke pasar?? Sebelum pandemi saja saya jarang sekali, bisa dihitung dengan jari berapa kali dalam setahun ke pasar. Pastinya sekarang ke pasar kenari bukan mau belanja sayur atau baju, tapi mau hunting buku. Wow..bener nih ada toko buku di dalam pasar ? Bener dong…sebelum saya kesini, sudah serching tentang tempat ini. Pertama kali tahu dari ceritanya Najwa Sihab beberapa tahun lalu, kalau ada toko buku baru di pasar kenari. Toko buku ini pertama kali dibuka tahun 2019, berati belum lama ya.. dan tidak lama kemudian pandemi covid

Akhirnya..saya sampai juga di Pasar Kenari, layaknya sebuah pasar begitu masuk pastinya panas, penuh orang, meskipun tidak sepenuh biasanya karena masih pandemi, Awalnya saya ragu-ragu, jadi meneruskan ngga ya..karena pastinya kalau panas begini cari buku ngga nyaman, karena biasaya saya kalau cari buku lama. Tapi karena sudah terlanjur masuk pasar saya lanjutin, setelah naik beberapa lantai, sampai di lantai ke tiga. Awalnya sempat bingung cari kiosnya dimana, tapi ada bapak-bapak yang melihatku tengok kanan kiri, dia langsung bilang, kalau mau cari buku ada di lantai 3. Ternyata penampilanku hari itu mungkin kurang pas kalau masuk pasar untuk belanja sayur, jadi orang langsung bisa menebak mau cari buku 🙂

kios buku pasar kenari

Dan..inilah lantai 3 yang ada toko bukunya, begitu masuk , langsung adem, serasa di Mall, panas yang tadi dirasakan saat masuk ke pasar, langsung hilang. Tempatnya memang menggunakan AC khusus di lantai yang ada toko bukunya, jadi jangan khawatir mau berlama-lama di sana. Bahkan ada cafe juga, tapi hanya menjual minuman saja, jadi yang sudah capai hunting buku bisa duduk di cafe, sambil minum kopi dan menikmati jalanan jakarta yang kelihatan dari dalam Cafe.

Cafe Bencoolen di Pasar Kenari

Banyak yang tutup kiosnya, sedih juga ya…pada saat saya kesana hanya beberapa kios yang buka, itu juga sepi pembeli. Padahal penjualnya baik banget lho, saya tidak perlu mencari kesana kemari, kalau sudah tahu mau beli buku apa, tinggal menyebutkan buku yang dicari, nanti penjual yang mencarinya, kalau tidak ada di kiosnya akan mencarikan di kios orang lain. Pembayarannya juga dipermudah, saat saya tidak bawa uang cash banyak, dan membayar melalui transfer, Penjual juga melayani dengan pembayaran transfer. Pasti berbeda dengan transaksi di pasar pada umumnya, yang biasanya harus cash.

Saya beli buku karya Pramoedya Ananta Toer untuk melengkapi koleksi Tetralogi Pulau Buru, yaitu Rumah Kaca, Anak Semua Bangsa dan Jejak Langkah. Kalau edisi pertama yang Bumi Manusia sudah ada di rumah. Selain itu buku Cerita dari Jakarta juga saya beli. Saya menghabiskan untuk 4 buku tersebut tidak sampai 300 ribu, cukup terjangkau ya..Oiya buku ini adalah buku second ya, jadi memang sudah dibuka dan dikemas ulang.

Sekian ceritaku , buat kamu para pecinta buku dan sedang di Jakarta, selain mengunjugi tempat wisata, saya rekomendasikan pasar buku, Jakbook di pasar kenari. Semoga toko buku, pasar buku dan pelaku literasi lainnya tetap bisa bertahan di situasi pandemi ini.

MENJAGA KEWARASAN DI TENGAH WABAH

Semenjak wabah corona masuk ke Indonesia tatanan kehidupan sosial berubah. Bulan Maret tahun 2020  Indonesia mulai memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dimana berbagai aktivitas dibatasi. Meskipun sudah satu tahun berlalu namun wabah belum musnah, kehidupan sosial juga belum berjalan normal. Hal yang patut saya syukuri selama pandemi corona, saya masih tetap bekerja pada saat yang sama mungkin orang lain banyak kehilangan pekerjaan. Keluarga saya, suami dan  anak-anak dalam kondisi sehat. Bidang ekonomi dan kesehatan saat ini jadi sesuatu yang mahal.

Tahun 2020 mungkin menjadi tahun yang sulit bagi sebagian orang, termasuk saya sebagai seorang ibu rumah tangga dan wanita pekerja. Awal pemberlakuan PSBB dimana segala aktivitas dibatasi termasuk bekerja dan sekolah bukan hal yang mudah untuk kami. Bekerja dan sekolah dari rumah adalah hal yang baru, perlu adaptasi. Ada beberapa kendala saat bekerja dan sekolah dari rumah, antara lain dari segi peralatan, waktu dan pelaksanaan kegiatannya.

Saya mempunyai dua anak yang sekolah di SD, belajar dari rumah dilakukan secara daring yang memerlukan gawai dan laptop untuk mengerjakan tugas-tugas. Dua peralatan yang belum saya berikan kepada mereka, saya memang berencana memberikan gawai saat anak-anak sekolah SMP atau SMA.  Pada saat saya bekerja dari rumah juga menggunakan gawai dan laptop, yang harus bergantian dengan anak-anak, dan tentu saja hal ini mengganggu aktivitas belajar dan bekerja. Peralatan yang dipakai bergantian tentu menjadi kendala, tidak jarang tugas sekolah terlambat dikumpulkan, tidak mengikuti pembelajaran atau pekerjaan saya yang terhambat, tidak dapat mengikuti rapat, dan lainnya.   

Masalah lain yang menjadi kendala selain peralatan adalah pengawasan anak-anak saat belajar. Apabila biasanya anak-anak dibimbing langsung oleh gurunya saat sekolah, maka pada saat belajar dari rumah, tugas tersebut banyak diambil alih orangtua. Mungkin bagi sebagian orangtua tidak mempermasalahkan hal tersebut, apabila tidak bekerja atau mempunyai asisten rumah tangga tentu dapat memberikan pendampingan penuh saat anak-anak belajar.  Bagi saya yang harus membagi waktunya antara menyelesaikan pekerjaan kantor, pekerjaan rumah tangga dan pendampingan anak sekolah tentu bukan hal mudah.  

Dengan berbagai kendala masalah diatas tidak jarang membuat saya stress, terlebih permasalahan di kantor yang membutuhkan pemikiran lebih karena dampak dari pandemi corona. Jam kerja yang biasanya dari jam 07.00-16.00 dan 5 hari kerja seminggu, pada saat bekerja dari rumah seolah menjadi 24 jam dan 7 hari seminggu, karena berbagai masalah yang terjadi di kantor. Beberapa bulan pertama saya sempat stress, mudah emosi. Stress tentu tidak baik untuk kesehatan , karena akan mempengaruhi kekebalan tubuh. Virus akan mudah manyerang tubuh ketika kekebalan tubuh menurun. Untuk mencegahnya saya coba mengkonsumsi vitamin dan madu serta makanan yang sehat. Biasanya saya masak hanya pada hari sabtu atau minggu, karena kita semua kerja atau sekolah sampai sore. Namun sejak pandemi ini, saya harus sering masak, padahal kemampuan memasak saya dibawah rata-rata kaum ibu pada umumnya. Akhirnya saya belajar memasak dari buku resep makanan.

Saya berlangganan aplikasi digital ebook yaitu Gramedia Digital yang memudahkan saya membaca darimana dan kapan saja.

Ada ribuan bahan bacaan termasuk buku resep masakan. Buku resep masakan yang saya baca antara lain 180 Resep Masakan Nusantara Racikan Nyonya Rumah karya Julie Sutarjana

Buku setebal 200 halaman ini cukup lengkap, berbagai resep masakan dari berbagai daerah di Nusantara ada, Jawa barat, Jawa tengah, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Jakarta, dll. Dengan gambar yang full colour dan resep yang terinci sangat membantu saya untuk belajar masak. Saya biasanya memasak yang praktis antara lain Mi Goreng Jawa, Nasi Goreng Jawa, Pepes Tahu, Ayam Kalasan dan Gado-gado, dll. Keluarga saya memang menyukai makanan tradisional, terutama dari jawa, daerah kelahiran saya. Dengan adanya buku resep masakan di Gramedia Digital membantu sebagian permasalahanku sebagai ibu rumah tangga.

Permasalahan di kantor yang terkadang membuatku stress juga perlu dicarikan solusinya. Salah satu cara agar pikiran saya tetap rileks dan damai yaitu dengan membaca buku. Di tengah padatnya rutinitas saya sehari-hari saya tetap menyempatkan diri membaca agar menjaga pikiran saya tetap waras. Ketika membaca buku terutama fiksi saya bisa lupa dengan segala permasalahan hidup.

Saya awal mula jatuh cinta dengan membaca karena satu buku. Sesuai dengan qoute dari Najwa Shihab

Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu. Dan mari jatuh cinta.

(Najwa Shihab)

Saya pertama kali suka membaca tahun 2015, sesuai dengan blog ini saya buat. Buku pertama yang saya baca dan membuatku ketagihan untuk membaca kelanjutan serinya adalah novel Twilight karya Stephenie Meyer. Ini adalah novel serial yang pertama kali saya selesaikan.

Buku terbaru Stephenie Meyer yang berjudul Midnight Sun terbit Desember tahun 2020 dan saya membelinya secara pre order, karena sejak penerbit GPU promosi buku Midnight Sun sudah tidak sabar membacanya. Ini salah satu buku yang paling tebal yang saya baca di tahun 2020-2021. Saya termasuk twihard (penggemar film twilight), beberapa kali saya menonton filmnya dari seri Twilight, New moon, Eclipse hingga Breakingdawn 1-2.  Dari novel ini saya mulai menyenangi genre fantasy romance. Namun saya tetap membaca genre lainnya, bagi saya membaca buku fiksi apapun genrenya dapat mengilangkan kejenuhan pikiran. Imajinasi saat membaca cerita fiksi membuat kita menjadi lebih kreatif, cerita dan peristiwa yang dialami tokoh mampu melatih empati kita terhadap sesama. Saya belajar memahami karakter orang lain dan terkadang membantu teman saat ada permasalahan di hidup mereka. Sebagai HRD yang salah satu tugasnya menangani permasalahan karyawan dengan membaca buku fiksi sangat membantu dalam pekerjaanku.

Ini sedikit koleksi buku dari terbit Gramedia yang ada di rak buku dan sesekali saya baca ulang.

Buku non fiksi dari penerbit Gramedia yang tahun ini saya baca dan relate dengan kondisi saat ini antara lain buku Matt Haig yang judulnya Reasons To Stay Alive. Buku ini menceritakan kisah nyata orang yang depresi hingga akhirnya berdamai dengan diri sendiri dan bangkit dari keterpurukan. Setelah membaca buku ini saya makin bersyukur tentang kondisi saat ini, dengan makin bersyukur kita akan terhindar dari depresi atau stress.

Cara menghadapi depresi antara lain dengan membuat ringan beban hidup dan ini saya pelajari juga di buku Seni Membuat Hidup Lebih Ringan karya Francine Jay. Menurut Francine kita dapat meringankan beban hidup kita dimulai dari yang sederhana, antara lain dari rumah. Mengurangi barang-barang yang ada di rumah.Hal ini saya terapkan yaitu mensortir barang-barang yang tidak terpakai, sehingga rumah lebih lega dan luas. Prinsip saya ketika membeli baju, maka ada baju yang keluar dari lemari, jadi kita tidak menumpuk baju yang sudah tidak terpakai. Bukan hanya pakaian yang saya kurangi tapi barang lain yang tidak terpakai, termasuk buku. Meskipun saya hobi baca buku, dan menimbun banyak buku, namun setahun ini saya mengurangi pembelian buku fisik, saya lebih banyak membaca ebook. Menurut buku ini bukan hanya secara fisik yang dikurangi, namun jiwa juga perlu di kurangi, jangan terlalu banyak pikiran, berlatih menolak ajakan seseorang, kurangi media sosial. Ini relate sekali dengan saya, orangnya yang ngga enakan menolak ajakan atau pertolongan orang lain Masih banyak tips-tips lain dalam buku Franicine Jay yang dapat membantu saya mengurang beban pikiran dan menghindari stress.

Meskipun pandemi membuat aktivitas sosial terbatas, waktu banyak dihabiskan di rumah namun dengan ditemani buku saya tetap merasa bebas seperti halnya kutipan dari tokoh bangsa ini

Aku rela di penjara asalkan bersama buku. Karena dengan buku aku bebas

( Mohammad Hatta)

Selama satu tahun ini setelah mampu melewati masa adaptasi di awal, saya mulai mampu membuat sesuatu yang baru dan belum pernah saya lakukan sebelum pandemi. Saya lebih kreatif antara lain saya mampu menulis buku, meskipun baru buku antologi, namun bagi saya ini pencapaian tersendiri. Ada kurang lebih 10 buku antologi yang telah cetak dan sebagian masih dalam proses penerbitan. Selain menulis buku, hal baru yang saya lakukan yaitu membuat podcast. Podcast adalah istilah baru yang saya tahu pada tahun 2020 dan setelah beberapa kali mendengarkan podcast, akhirnya saya memutuskan membuat podcast sendiri. Dengan alat sederhana hanya HP dan laptop saya mulai menyusun naskah ide, rekaman hingga editing yang semuanya dikerjakan sendiri. Tema podcast saya tentang buku sehingga dinamakan Podcast Demen Baca yang bisa didengarkan di spotify atau Anchor. Untuk promosi buku dan podcast saya sering update status, sehingga teman-teman jadi mengetahui saya penulis dan juga podcaster. Mereka bertanya bagaimana dapat mengerjakan itu semua padahal saya seorang ibu dan juga bekerja fulltime, dan sebagaimana teman-teman tahu pekerjaan saya sebagai HRD dengan pegawai 200 orang lebih dan sendirian menghandel semuanya tentu sudah banyak menyita pikiran dan waktu saya.

Buku non fiksi lain yang saya baca dan relate dengan yang saya lakukan di masa pandemi ini yaitu buku Desy Anwar yang berjudul “Apa Yang Kita Pikirkan Ketika Kita Sendirian”. The Art of Solitude. Buku ini dibuat Desy Anwar di tengah wabah covid-19 yang mengharuskan kita berdiam di rumah atau lockdown. Dari buku ini saya dapat mengambil maknanya bahwa ketika sendirian atau berada di rumah adalah saat-saat yang berharga, dimana biasanya kita selalu berpacu dengan waktu, sibuk dengan hiruk-pikuk jalanan, segalanya serba terburu-buru. Dengan berdiam di rumah kita dapat kembali melihat diri lebih dalam, berinstropeksi,berkontemplasi, merenung, mencari kembali makna hidup. Sehingga kita dapat menemukan potensi diri kita sesungguhnya dan menjadi manusia yang lebih baik.

Demikian kisah saya selama setahun melewati pandemi covid19 dan bersama buku-buku dari Penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) saya mampu melewati krisis ini bahkan berkembang menjadi lebih baik. Buku membantu saya tetap waras di tengah wabah yang masih mengganas.

AKU MENULIS MAKA AKU ADA

Hai..kamu, bagaiamana hari-harimu ?
Semoga segalanya baik-baik saja ya

Ini postinganku yang kedua di tahun 2021 ini, sesuai postinganku sebelumnya saya mau ceritakan aktivitas baruku di tahun 2020 hingga hari ini. Sebenarnya aktivitas ini ngga baru-baru banget sih, karena sudah saya lakukan sejak blog ini ada yaitu tahun 2015. Iya... aktivitas MENULIS blog rutin sejak mulai tahun 2015. Meskipun pada tahun-tahun terakhir kemarin sempat vakum, karena berbagai alasan, yang intinya karena malas. 
Menulis juga sudah saya lakukan dari jaman SMP yaitu menulis buku harian, dan terus berlanjut hingga saya menikah. Menulis buku harian memang tidak setiap hari, biasanya saat moment tertentu, teruatama saat sedang galau..he...he..
Menulis bagiku menjaga kewarasan, menulis membantuku mengekpresikan perasaanku karena aku tipe orang yang tidak suka bercerita secara lisan kepada orang lain. Buku harian bagiku adalah sahabat terbaiku, yang mau menerima sampah apapun dari dalam diriku, sahabat yang jujur, yang tidak pernah menjudge saya dengan kalimat negatif. Buku harian juga merupakan inspirasiku menulis buku. Saat belajar menulis buku antologi saya menggali ide dengan membaca kembali buku harianku.

Pada tahun 2020 saya belajar menulis beberapa buku antologi yang diterbitkan oleh penerbit Ellunar publisher. Memang buku antologi dari penerbit Ellunar Publisher bukan buku antologi pertamaku. Pada tahun 2018 saya mengikuti lomba menulis beberapa tema dari penerbit Divapress. 15 pemenang dari lomba ini tulisannya dibukukan, Alhamdulillah tulisan saya termasuk yang dibukukan.Seharusnya ada tiga tulisan yang dibukukan,tapi entah mengapa penerbit baru membukukan satu yang berjudul Parade Kisah Hari Pertama Sekolah   
Jadi inilah buku antologi pertamaku 
Buku ini ditulis oleh 15 penulis yang menceritakan kisah anaknya pertama kali masuk sekolah.Buku ini cocok untuk ibu muda atau guru TK /SD untuk dapat menggali inspiriasi dari masing-masing kisah.

Setelah buku antologi pertama keluar, saya vakum selama dua tahun. Tahun 2020 saya mulai belajar menulis buku antologi lagi yaitu dengan mengirimkan tulisan pendek kurang lebih 200 kata yang diadakan oleh penerbit Ellunar Publisher. Dalam satu buku ada ratusan penulis, tapi ada satu buku yang hanya 24 penulis yang judulnya You and Your Promises.
Berikut buku antologi karya saya yang diterbitkan penerbit Ellunar Publisher :
1. Party
2. Selasar Maya
3. Melukis Tulis
4. Bicara
5. You and Your Promises

Tahun 2021 saya mengirimkan beberapa tulisan untuk buku Memoar yang diterbitkan oleh Penerbit Diomedia. Bukunya sedang proses lay out dan cetak, judul bukunya sebagai berikut :

  1. Memoar Bahagia Bersama Kakek Nenek Tercinta
  2. Memoar Mainan Masa Kecil
  3. Memoar Titik Terendah
  4. Memoar Mahasiswa Baru
  5. Memoar Mahasiswa Berprestasi

Demikian sedikit aktivitas menulis yang saya lakukan akhir-akhir ini, semoga latihan ini dapat membantuku untuk mewujudkan mimpiku yaitu menulis satu buku sendiri dan diterbitkan oleh penerbit mayor. Aamiin

Doain juga ya guys

Terima kasih kamu yang ada di situ, yang dalam diam tapi selalu support saya untuk selalu menulis..he..he

Oiya kalau ada yang tertarik baca buku-buku di atas , kamu bisa pesen ka saya, nanti dikasih bonus buku koleksi bacaanku yang lain yang ada di rak bukuku.

Terima kasih..mau membaca sampai dititik ini.

See you in the next postingan

Welcome back to my blog

Hai…Halloo…apa kabar?

Semoga kamu semua sehat dan bahagia ya…meski corona masih ada di sekitar kita, tapi hidup harus terus berjalan kan…?

Sebelum masuk kembali ke blogku, yang sudah berdebu dan dipenuhi sarang laba-laba ini, saya bersih-bersih dulu. Saking lamanya ngga ngeblog sampai lupa menu dan cara nulis di blog wordpress, agak kaku juga ngetik di blog ini…untungnya blognya masih bisa dibuka ..huft..,

Sepertinya sebutan blogger tidak layak lagi ku sandang, seorang blogger tapi update blog setahun sekali. Maluu….Apalagi sebutan Blogger Buku?? saya makin melipir ke pojokan deh.. mendadak ingin saya umpetin logo dan nomor member BBI di blog ini. Seandainya ada sidak bloger buku, pastinya saya sudah lama terlempar dari member Blogger Buku Indonesia (BBI,) untungnya pengurus BBI juga sedang ngga aktif juga ya he..he…

Jadi selama setahun ini saya ngapain aja ya…hemm..yang pasti menambah timbunan lemak, bukan timbunan buku . Rak Buku belum banyak penghuni baru, meskipun saya tetap membeli beberapa buku terutama pada event obralan, tapi tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Ada positifnya juga lebih hemat, karena ngga banyak beli buku…tapi bukan berati timbunan buku berkurang ya.. Dari dulu salah satu hukum kekekalan timbunan buku (istilah dari Mas Dion, member BBI ) juga berlaku buatku bahwa Kecepatan Membaca berbanding terbalik dengan kecepatan menambah timbunan, yang penting punya dulu , dibaca kapan-kapan he..he.. Kalau ga salah ada lebih dari 20 hukum kekekalan timbunan, apa saja…..saya ga hafal sih..mungkin kamu bisa tanya langsung sama pencetusnya 🙂

Sampai disini saya sebenarnya masih bingung mau menulis apa di blog ini, jadi jangan banyak berharap kalau membaca tulisan ini ada faedahnya ,mending di skip saja sih…tapi kalau kamu sampai membaca pada kalimat ini terima kasih lho…

Meskipun hampir satu tahun ngga update blog, tapi saya sesekali tetap membaca buku, jangan ditanya sudah berapa buku ya….lupakan target atau Goodreads challange…

Ada kegiatan baru yang kumulai sejak pandemi corona setahun dan ini menjawab pertanyaan kamu (kalau bertanya, ngapain aja selama setahun ini ) yaitu membuat podcast, menonton drama china, dan latihan menulis buku. Untuk poin yang ketiga, nanti akan kuceritakan di postingan berikutnya. Semoga ngga males lagi untuk update postingan he..he..

Saya mau sedikit cerita tentang podcast..ini memang hal baru banget yang saya tahu. Berawal dari download aplikasi spotify awalnya untuk mendengarkan musik ternyata di dalamnya ada podcast. Kebetulan setahun kemarin saya WFH, jadi pekerjaan dilakukan di rumah, biasanya sambil bekerja saya mendengarkan podcast, jadi efektif dan efisien kan…pekerjaan kelar pengetahuan juga bertambah. Podcast yang saya dengarkan bermacama-macam tema, tapi paling sering yang terkait literasi, seperti podcast kepo buku, podcast main mata, sandiwara sastra dll. Dan suatu hari ada free class membuat podcast dari Depkominfo kerjasama Siberkreasi, tentu saja ini tidak kulewatkan, penasaran bagaimana cara membuat podcast. Setelah dua kali pertemuan saya memberanikan diri membuat podcast seadanya dengan menggunakan HP saja. Hasilnya tentu juga sangat-sangat seadanya, awalnya ngga pede dan ga bisa ngomong di depan mic, padahal ngga ada orang yang melihat kan..tapi memang bagi saya yang introvert dan gemetaran kalau ngomong di depan orang banyak, dunia podcast menjadi hal yang challenging banget buatku.

Podcastku namanya podcast Demen Baca, bisa didengarkan di berbagai platform Anchor, spotify, google podcast, overcast, radio public. Dan memang tidak mudah untuk konsisten ya…dari awal tahun 2021ini saya belum update lagi Podcast Demen Baca. Pepatah yang bilang lebih mudah memulai daripada mempertahankan memang tepat banget…banyak hal baru yang telah kumulai namun berhenti ditengah jalan, seperti ngeblog dan podcast. Doain ya..semoga saya bisa bangkit dan semangat lagi untuk meneruskan.

ini link podcastku di spotify https://open.spotify.com/show/6vzElRw14bo3eCy6SHL98q

Kalau kamu mendengarkan podcast ini, nanti aku semangat untuk rekaman lagi he..he…

podcast Demen Baca

Itu cerita sedikit tentang podcast baruku..

Ada yang masing membaca postinganku sampai di sini?? kalau masih ada yang bertahan baca postinganku terima kasih ..謝謝你….Xièxiè nǐ

Lho itu jadi tulisan china ya……iya sengaja. Salah satu kegiatan baruku selama pandemi ini adalah marathon nonton drama china, yang tadinya sama sekali ngga kepikiran untuk nonton, apalagi menjadi hobi seperti sekarang. Mungkin kalau orang lain banyak yang nonton drakor (drama korea) kalau saya lebih menyukai drama china, khususnya drama kolosal atau wuxia. Kalau ditanya awalnya gimana, kok bisa jadi suka…ngga tahu juga, kadang rasa suka tiba-tiba saja datang..ea..ea….:)

Mungkin karena saya dibesarkan dalam sandiwara radio yang menemani masa kecil saya, ada yang relate sandiwara Saur Sepuh??…he..he..kayanya engga ya..jadi ketebak umur berapa saya,sesuia dengan nama sandiwaranya Saur Sepuh..memang sudah sepuh, eh, kenapa jadi ngomongin umur..skip ya. Intinya drama china bertema kolosal ini menarik karena mewakili imajinasiku saat mendengarkan sandiwara radio,ada adegan terbang, naik koda, perang, bertarung dengan ilmu kesaktian. Ditambah dengan properti dan aksesoris yang dipakai para pemain, saya suka baju putih yang melambai kala bertarung atau terbang, atau kipas besar yang dipakai oleh pemain pria dan wanita. Di drama china baju yang dipakai antara pria dan wanita memang hampir sama, kalau ga salah nama baju tradisional china hanfu, itu baju yang syar’i kalau istilah islamnya karena longgar dan menutup sampai mata kaki. Lokasi di drama china juga saya suka, bangunan artistik china dengan pemandangan yang indah.

Sampai hari ini sudah puluhan judul drama china ku tonton, hampir semua drama china kolosal di aplikasi WeTV sudah kutonton. Saya jadi langganan aplikasi WeTV khusus nonton drama china. Awalnya tidak tahu sama sekali nama artis /aktor china, bahkan awalnya wajah artis/aktornya mirip semua. Tapi sekarang saya sudah hafal nama dan wajahnya lebih dari lima belas artis china. Mau disebutin ? Wang Yi bo, Xiao Zhan, Li hong yi, Bi Wen jun, Wallache chung, Jin Han, Darren Chang, Yang yang, Caessar wu, Vic zhaou, Zhang shehan, Dilraba dilmurat, Zhao liying, Zhao lusi, Linkin, sheng zhuang, Seven Tang, Tang ying, ..Udah lebih dari lima belas kan he..he,,,,,,Kapan-kapan mungkin saya akan posting tentang drama china yang ku tonton (kalau ga malas)

Udah dulu ya..postingan yang basa basi ini..sebelum terlanjur basi, saya akhiri

Bye..See you in the next posting..

Kereta Api

Jpeg

Di stasiun mana kereta ini akan berhenti..

 

Kereta ini berangkat dari stasiun yang ramai, membawa penumpang dengan tujuan yang berbeda-beda. Suasana di dalam gerbong berbeda dengan di luar, hanya decitan roda yang sesekali terdengar.

Penumpang asyik dengan pikirannya masing-masing, begitu juga dengan dua orang yang duduk di kelas eksekutif tersebut.  Hanya sesekali mereka tampak ngobrol, meraka bukan orang asing , meski belum tentu saling mengenal satu sama lain.

Dalam hati dan pikiran mereka dipenuhi tanya, benarkah stasiun yang dituju dan tertulis di tiket masing-masing adalah stasiun tujuan akhir ataukah justru stasiun awal dimana kisah mereka dimulai?

Seperti  perempuan itu yang berharap kereta yang ditumpanginya akan menuju stasiun terakhirnya. Berharap kisah mereka berakhir disana. Tidak ada yang melegakan kecuali sebuah kepastian, tapi bukankah dunia ini penuh dengan ketidakpastian?

Kereta api terus melaju melewati lembah dan sawah, dari balik jendela perempuan itu memandang hijaunya alam yang indah. Namun hatinya berkelana, perempuan itu tidak dapat menikmati keindahan alam yang dilihatnya. Hatinya sibuk bertanya, apa yang akan dilakukannya setelah sampai stasiun tujuan. Selain itu dia juga sibuk menata irama detak jantung yang terasa tidak wajar. Seandainya bisa memilih dia ingin segera menyelesaikan perjalanan ini, meski di satu sisi dia menikmati perjalanan ini . Tapi dia sadar irama detak jantungnya berbeda dengan laki-laki di sebelahnya.

 

Tbc

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Review : SEHAT dengan WUDHU

sehat dengan Wudhu

Menjaga Kesehatan Jiwa dan Raga dengan Cara Wudhu yang Benar dan Tepat

Judul Buku      : SEHAT dengan WUDHU
Penulis             : Syahruddin El Fikri
Penerbit           : Republika
Cetakan ke 1   : Januari 2019
ISBN                 : 978-602-57-3462-5
Tebal                : 226 halaman

Blurb

Wudhu diyakini mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Sebab, melalui wudhu, hampir 500 titik energi akupunktur akan terkena air, dan itu membantu memperbaiki sel-sel syaraf tubuh. Pada wajah terdapat 84 titik energi, tangan 95 titik, kepala 64 titik, telinga 125 titik, dan kaki 125 titik.
Selain itu, wudhu menggabungkan empat teknik pengobatan, dari metode klasik hingga modern, mulai dari akupunktur, refleksi, Emotional Freedom Technique (EFT), hingga Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

Setiap muslim yang sudah baligh dan melaksanakan shalat pasti sudah paham tata cara wudhu, bahkan dari anak kecil usia TK sudah diajarkan cara wudhu. Ibadah ini sekilas terlihat ringan namun mempunyai manfaat yang sangat luar biasa. Bukan hanya sebagai syarat sahnya sholat yang bernilai ibadah, namun juga dapat bermanfaat bagi kesehatan. Wudhu dapat membersihkan jiwa dan raga.

Saya tertarik membaca buku ini karena ingin mengetahui lebih detail kenapa wudhu dapat meningkatkan kesehatan badan, dan sekaligus mengecek apakah cara wudhu saya sudah benar. Meskipun ini bukan murni tulisan dari Syahruddin El Fikri, karena merupakan kumpulan atau disadur dari beberapa buku atau jurnal lain. Saya lihat daftar pustaka lumayan panjang 5 halaman tersendiri, ini berarti penulis banyak melakukan riset dengan membaca berbagai buku. Sehingga menjadikan buku ini  mudah dibaca dan dipahami, diperkaya juga dengan ilustrasi yang mendukung tulisan tersebut.

Ada 10 bab dalam buku ini yang secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu membahas wudhu dari segi syariat dalam bab 5-10 ( Syariat untuk membersihkan diri, Hikmah manfaat wudhu, Wudhu batin,Kekuatan Kata , Memelihara wudhu dan posisi wudu) dan yang kedua membahas wudhu dari segi kesehatan bab 1-4 (Sehat dengan wudhu, Dari Akupuntur hingga SEFT, Empat Teori Jadi Sepi, Wudhu Aktifkan Titik-Titik Energi)

Dari melihat judul bab pembaca sudah dapat memperkirakan pembahasan dalam buku ini. Kita akan mendapat pengetahuan tambahan dan kalau benar-benar dipraktikan akan sangat bermanfaat untuk jasmani maupun rohani kita. Seperti yang disampaikan penulis di awal buku ini.

Secara rohani, orang yang selalu berwudhu maka ia akan mendapatkan berbagai manfaat dan pahala di sisi Allah Swt. Kelak, Allah akan menetapkan orang yang suka berwudhu itu ke dalam golongan orang-orang yang suka akan kebersihan (mutathahhirin), orang-orang yang suka bertaubat (tawwabin) dan golongan orang-orang yang saleh (shaalihin)

Secara jasmani, orang yang senantiasa berwudhu (dengan baik, benar dan sempurna) maka ia akan selalu sehat. Sebab bila dalam sehari semalam ia melakukan lima kali pembersihan diri dengan air (wudhu) maka akan terlepaslah berbagai kotoran dan debu yang menempel dibadannya, terutama anggota wudhu (hal 3)

Berikut saya ringkas beberapa manfaat dan hikmah wudhu berdasarkan buku ini :Lanjutkan membaca “Review : SEHAT dengan WUDHU”

Review : KUKILA

kukila

Judul Buku      : Kukila
Penulis             : M. Aan Mansyur
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan ke 6   : Mei 2019
ISBN                 : 978-602-03-2181-3
Tebal                : 192 halaman

 

BLURB

Nak, dua hal aku benci dalam hidup: September dan pohon mangga. September tidak pernah mau beranjak dari rumah. Betah. Ia sibuk meletakkan neraka di seluruh penjuru. Di ruang tamu. Di ranjang. Di meja makan. Bahkan di dada.Batang pohon mangga tetap selutut persis prasasti batu. Ia berdiri mengekalkan dosa-dosa—dan dosa adalah pemimpin yang baik bagi penyesalan-penyesalan.

Kukila adalah perempuan itu, yang membenci September dan pohon mangga. Hidupnya didera rasa bersalah yang besar, kepada mantan suaminya, mantan kekasihnya, dan anak-anaknya. Kepada suratlah dia berbicara dan kepada pohon-pohonlah dia menyembunyikan masa lalu, karena rahasia, konon, akan hidup aman dalam batang-batang pohon.

Selain “Kukila (Rahasia Pohon Rahasia)”, di dalam buku ini ada dua belas cerita pendek lain, dikisahkan dalam kata-kata Aan Mansyur yang manis, bersahaja, kadang sedikit menggoda

Ada 16 cerita pendek dalam buku ini, lumayan banyak untuk buku yang tebalnya kurang dari 200 halaman. Meski bukunya relatif tipis tapi saya tidak secepat membaca novel lain dengan jumlah halaman sama. Dalam setiap cerita bagiku perlu waktu tersendiri untuk memahaminya, biasanya saya jeda sebentar, sebelum beralih ke cerita selanjutnya.

Ini buku pertama Aan Mansyur dalam bentuk cerpen yang saya baca, sebagai seorang penyair tentunya akan berpengaruh pada deretan kata yang tercipta puitis namun  tetap ringan.  Dari buku ini saya banyak menambah perbendaharaan kata; antaralain Kukila. yang menurut KBBI artinya adalah burung. Kukila (Rahasia Pohon Rahasia) menjadi salah satu judul cerpen dalam buku ini sekaligus menjadi judul buku ini.  Ada beberapa tokoh bernama Kukila dalam buku ini,meski namanya sama namun cerita dalam buku ini tidak saling terkait. Nama Kukila ada dalam cerita : Kukila (Rahasia pohon Rahasia) yang menjadi cerpen pembuka sekaligus cerita terpanjang atau cerita utama dalam buku ini, selain itu nama Kukila ada dalam cerpen “Tiba-Tiba Aku Florentino Ariza” meski bukan menjadi tokoh utama namun nama Kukila menjadi titik klimaks dalam cerpen ini.

Kata baru lainnya yang saya dapatkan di buku ini adalah Pilang artinya pohon.  Dalam cerita Kukila (Rahasia Pohon Rahasia) Kukila dan Pilang menjadi tokoh utama dalam cerita tersebut. Kukila dan Pilang, Burung dan pohon, sangat serasi namanya menjadi sepasang kekasih, meski akhir cerita tanpa terduga dan berakhir dengan duka.

Cerpen dalam buku ini memang mempunyai plot yang berbeda dengan cerita lainnya,endingnya tidak terduga,dan memberiku cukup jeda sejenak untuk merenungkan dan memahami cerita ini.  Tema yang diangkat dalam certa ini sebenarnya jamak dibahas dalam cerita -cerita lain,seperti percintaan, perselingkuhan namun di tangan penyair Aan Mansyur menjadi berbeda, lebih bermakna dan lebih berbobot. Judul dalam cerita ini juga selintas terdengar sederhana seperti  Hujan.Deras sekali, Lebaran Kali ini aku pulang, Ketinggalan pesawat  namun dieksekusi dengan pas dan tepat hingga menghasilkan cerita yang indah.

Maka wajar jika buku ini menjadi salah satu buku yang  masuk dalam 10 besar penghargaan Khatulistiwa Literary award 2013 kategori Prosa.  Bagi saya yang awam dalam pengetahuan sastra atau puisi dengan membaca kumpulan cerpen yang dibalut sentuhan sastra ini dapat memahami cerita dan makna dalam cerita tersebut.

Saya mengenal Aan Mansyur melalui film AADC 2 yang mengangkat puisi-puisi dari buku Tidak Ada NewYork Hari Ini dan dibacakan oleh Rangga. Sebagai penggemar AADC pastinya saya berusaha mencari tahu puisi atau segala sesuatu yang terlibat dalam film tersebut. Dari situ saya mulai menyukai puisi Aan Mansyur

Review : SANG PANGERAN dan Janissary Terakhir

cover sang pangeran

Judul Buku      : Sang Pangeran dan Janissary Terakhir
Penulis             : Salim A Fillah
Penerbit           : Pro-U-Media, Yogyakarta
Cetakan I         : November 2019
ISBN                  : 978-623-7490-06-7
Tebal                 : 632 halaman

Blurb

Kyai Gentayu berjingkrak, menaikkan kaki depannya sambil meringkik riang dan sesekali melonjak. Surainya berkibar terentak selaras dengan tapak-tapaknya yang berkecipak. Dengan kepala mendongak, sang penunggang tetap dapat duduk tegak. Lelaki berperawakan tinggi lagi kacak itu tampak seperti sedang menari tandak, Gerak tubuhnya melenggak sesuai lenggok tunggangannya yang rancak. Di sekeliling kuda yang menjejak-jejak,, para pengawalnya seirama berlari hingga tombak-tombak di tangan mereka turut meliuk bagai Pusaran Ombak.

“Lihat Paman! Lihat sedulur sekalian!” seru Sang Pangeran yang tiba-tiba memutar kendali kudanya sambil mengacungkan tangan ke arah Puri dan Masjid yang dikerumuk api. “Kediaman kita telah terbakar!” Dan tiada lagi tersisa tempat bagi kita di atas Bumi ini! Maka mari kita semua mencari temapt untuk diri kita di sisi Gusti Allah!”

“Kami bersama Anda, Kangjeng Pangeran! Pejah gesang fi sabilillah!”, sambut para pengikut.

“Dan demikian pula kalian, para Janissary terakhir?”, tanyanya meminta penegasan disela ringkik Gentayu yang telah hendak berpacu namun dikekang.

“Tentu, Pangeran… Kita adalah kaum, yang apabila bumi menyempit bagi kita, maka langit yang akan meluas untuk kita! Hiyaaaa!”, seru Nurkandam Pasha sambil melecut kudanya. Sang Pangeran tersenyum mantap, dan sekali dia lepaskan kekang Gentayu, dua lompatan kuda itu senilai tiga kali loncatan kawanannya.

“Hiyaaa… Hiyaaa…”, serempak yang lain turut berpacu dan turangga-turangga terbaik dari Tergalreja itu berlari ke arah terbenamnya mentari sebelum membelok ke selatan menyusur tepian Kali Bedhog.

“Maktuub..!”, Katib Pasha yang ada di barisan belakang berbisik dengan memejam mata sambil mengusap surai tunggangannya dan menunduk khusyu’. Sejak senja yang gerah, Rabu 5 Dzulhijjah 1240 Hijriah, salah satu perang sabil paling berdarah di Nusantara itu telah pecah.

 

Buku setebal 632 halaman, berhasil saya selesaikan dalam perjalanan naik kereta Jakarta-Kebumen,kurang lebih 7 jam.  Setelah sebelumnya, baca di rumah selalu terdistraksi. Kisah dalam buku ini benar-benar menghipnotisku, sehingga tidak menyadari kalau sudah tiba di akhir halaman.

Kisah ini diawali dengan setting lokasi Puri Tegalrejo tempat kediaman pangeran Diponegoro pada tahun 1825, yang bersiap-siap meninggalkan tempat yang sudah mulai terbakar dengan didampingi dua jannisary terakhir Nurkandam Pasha dan Basah Katib.

Cerita bergulir ke masa lalu pada tahun 1808 di Sublime Porte , Istanbul. Kota ini menjadi latar belakang dari Nurkandam dan Basah Katib. Dalam bab tersebut diceritakan latar belakang Basah Katib dan Nurkandam Pasha, yang merupakan putra dari Sultan Mustafa Pasha dan berakhirnya tentara militan Turki, Jannisary. Berakhirnya kejayaan Jannisarry Turki merupakan awal dari kebangkitan kejayaan islam di Nusantara.

Ada tiga puluh bab, ditambah prolog dan epilog  dalam buku ini, dimana setiap bab berganti setting dan alur, sehingga pembaca perlu jeli melihat keterangan tempat dan waktu pada setiap awal bab, karena penulis menggunakan alur maju mundur dan juga berganti-ganti sudut pandang. Mungkin ini yang terkadang sedikit menguji memory saya untuk mengingat cerita terkait sebelumnya.

Saya sangat salut dengan penulis yang menggambarkan dengan detail setiap tokoh,karakter/watak,  tempat dan kejadian-kejadian yang secara garis besar berdasarkan sejarah dan banyak tidak terungkap dalam pembelajaran kita di sekolah. Pastilah penulis melakukan banyak riset untuk menulis ini. Saya sulit membedakan mana yang sejarah dan mana yang fiksi, karena cerita ini dikemas dengan apik

Ada satu hal yang saya baru mengerti dan mungkin tidak dipelajari saat sekolah, yaitu asal muasalnya perang Diponegoro. Perang selama 5 tahun , memakan  korban 200ribu orang Jawa dan membuat bangkrut pemerintah Hindia Belanda saat itu. Dari buku ini saya mengerti bahwa awalnya dipicu karena adanya permasalahan di lingkungan Keraton Yogyakarta, ketidakadilan Patih Danurejo dan Wironegoro kerabat Pangeran Diponegoro terhadap rakyat. Pangeran Diponegoro menghukum keduanya tentang ketidakdilan yang mereka perbuat. Dan merasa tidak terima dengan hal tersebut, Patih Danurejo mendekati Belanda untuk membalas dendam kepada Pangeran Diponegoro.Lanjutkan membaca “Review : SANG PANGERAN dan Janissary Terakhir”

Review: The Boy I knew From Youtube

the boy i knew

The Boy I Knew From Youtube

 

Judul Buku      : The Boy I Knew From Youtube
Penulis             : Suarcani
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan I         : Februari 2020
ISBN                  : 978-602-06-3819-5
Tebal                 : 256 halaman

Blurb

Pada hari pertama di SMA, Rai terkejut. Ternyata Pri, pemilik channel Pie Susu, adalah kakak kelasnya. Mereka sering berinteraksi di kolom komentar YouTube, bahkan lanjut ke e-mail.

Pie Susu tidak pernah mengetahui identitas Rai. Video cover lagu-lagu yang Rai nyanyikan di channel Peri Bisu hanya menayangkan sosoknya dari belakang. Itu pun sebatas pundak ke atas. Karena sudah tiga tahun Rai tidak lagi nyaman menampilkan bakat menyanyinya di dunia nyata.

Saat tiba-tiba Rai terpaksa harus tampil lagi di depan umum, Kak Pri bersedia mengiringinya dengan gitar. Persiapan lomba akustik pun menggiring interaksi mereka di dunia nyata. Namun, Rai masih tidak percaya diri. Terutama ketika gosip dan perlakuan tidak menyenangkan atas ukuran tubuhnya kembali mencuat.

Ini novel teenlit pertama yang saya baca di tahun ini, tadinya belum masuk wishlitku. Saya sudah berencana membaca novel/buku biografi di awal tahun ini, tapi justru terjeda ketika melihat cover buku the boy i knew from youtube mampir wara-wiri di timelineku. Saya langsung tertarik ketika penulisnya Suarcani, penulis asal pulau Bali ini memang menjadi salah satu penulis yang kusuka, Rule of Thirds dan The Stardust Catcher menjadi deretan buku yang kusuka, apalagi buku Rule of Thirds, Covernya suka banget dan sempat menjadi walpaper HPku :). Saya penasaran dan ku serching di aplikasi ebook GD dan menemukan sudah tersedia, langsung deh kubaca 🙂

Novel ini berlatar belakang anak SMA, dengan tokoh utama Raihani Candra (Rai) dan Pri (Kakak kelas Rai). Penulis mengambil judul yang menarik relate dengan ciri khas anak muda, yang pasti selalu akrab sosial media, Youtube.  Covernya juga menarik mencerminkan judul dan isi cerita. Sebagai novel teenlit, biasanya konflik yang tercipta tidak berat, ceritanya juga ringan, seputar persahabatan, pacaran, pelajaran dan kegiatan ekskul.  Jadi tidak heran, kalau saya dengan cepat menyelesaikan 256 halaman dalam beberapa jam. Padahal saya sedang membaca novel biografi sejarah yang berjumlah 500 halaman sudah berhari-hari belum selesai 🙂

Tema yang diangkat tidak hanya seputar pacaran, dan menurutku ini yang menarik. Tokoh utama Rai, yang mengalami krisis kepercayaan diri dan bagaimana dia berusaha meningkatkan rasa percaya dirinya, ini menjadi point utama yang menarik. Kebetulan cerita Rai relatable dengan masa sekolahku dulu..dulu banget ..iya dahulu kala,..sekarang sudah emak-emak 🙂 Tindakan bullying, body shamming memang membekas dan bisa seumur hidup tidak dapat dilupakan, buktinya saya …puluhan tahun lalu masih inget ketika ada beberapa teman yang melakukan body shamming dan itu sangat mempengaruhi kepercayaan diriku.Saya selalu takut untuk bicara atau tampil di depan orang banyak, perut mendadak bisa mules-mules persis seperti yang Rai alami.  Bahkan sampai sekarang masih merasa tidak nyaman ketika tampil di muka umum…(malah jadi curhat he..he)Lanjutkan membaca “Review: The Boy I knew From Youtube”