Chairil Anwar : Ini Kali Tak Ada Yang Mencari Cinta

cover chairil anwar

Chairil Anwar

INI KALI TAK ADA YANG MENCARI CINTA

 

Judul Buku      : Chairil Anwar : Ini Kali Tak Ada Yang Mencari Cinta
Penulis             : Sergius Sutanto
Penerbit           : Qanita
Cetakan I         : Oktober 2017
ISBN                  : 978-602-402-098-9
Tebal                 : 432 halaman

 

Blurb

Ini kali tidak ada yang mencari cinta …
Aku sendiri. Berjalan
Menyisir semenanjung, masih pengap harap
Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.

Seorang penyair muda, mengawali hidup penuh gelora. Gegap gempita dia masuk gelanggang perjuangan kemerdekaan, dengan deretan puisinya yang menggelegar dan mengobrak-abrik tatanan sastra masa itu.
Chairil ingin merdeka, dia ingin hidup seribu tahun, tanpa harus menghamba pada siapa pun. Tetapi, jiwanya yang bebas pun lambat laun dibebani realita yang tak seindah sastra. Wafat secara tragis menjelang usia ke-27 dan hanya meninggalkan warisan; sepasang sepatu dan kaus kaki hitam, satu ons gula merah, selembar uang rupiah, serta satu map lusuh berisi kertas-kertas sajak kepada mantan istri dan anak tercintanya. Chairil gagal menggenapi mimpi terakhirnya untuk menikahi sang istri sekali lagi.
Ini Kali Tak Ada yang Mencari Cinta, memotret pemberontakan batin Chairil Anwar di tengah amuk cinta dan cita-cita, serta skandal penjiplakan beberapa sajak yang mengguncang kesusasteraan tanah air di era 50-an. Kisah ini juga mengungkap tabir dendam yang disimpan Chairil selama bertahun-tahun. Dendam yang akhirnya membuat hidup sang penyair senantiasa gamang dan merasa terbuang sebagai “Binatang Jalang”

 

Kalau sampai waktuku

Ku mau tak seorang ‘kan merayu

Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

………………………………………

(Puisi AKU )

 

Sebagai orang yang hobi baca buku, mungkin bisa dikatakan terlambat, hari ini  baru membaca buku biografi sastrawan Indonesia Chairil Anwar. Mungkin semua orang kenal Chairil Anwar, bahkan dari siswa SD atau SMP, karena pelajaran tentang puisi sudah diajarkan. Namun mengenal lebih dekat Chairil Anwar dari masa kecil, remaja, menikah hingga meninggal dunia dalam usia muda, belum tentu semua orang tahu.

Saya penasaran tentang Chairil Anwar, karena puisi AKU yang menjadi salah satu ikon film Ada Apa Dengan Cinta. Waktu Rangga membaca buku AKU, itu keren banget, dan saya membayangkan Chairil Anwar se cool Nicholas Saputra 🙂

Setelah membaca novel biografi ini, ambyar bayangan saya tentang Chairil Anwar. Meskipun ini ditulis dalam bentuk novel oleh Sergius Sutanto, namun sebagian besar isi dalam buku ini adalah fakta. Buku ini ditulis dengan melalui riset dan wawancara langsung dengan satu-satunya anak Chairil Anwar yaitu Evawani Alissa Chairil Anwar. Evawani memberikan kata pengantar dan endors dalam buku ini. Penulis juga melampirkan daftar rujukan yang berisi puluhan tulisan dari berbagai surat kabar yang membahas tentang Chairil Anwar.

Dari blurb di atas “…..wafat secara tragis menjelang usia ke-27 dan hanya meninggalkan warisan; sepasang sepatu dan kaus kaki hitam, satu ons gula merah, selembar uang rupiah, serta satu map lusuh berisi kertas-kertas sajak kepada mantan istri dan anak tercintanya…” Kita dapat mengetahui kisah hidup Chairil memang tidak seindah dan seharum namanya . Namun siapapun akan takjub,  hanya menulis rutin selama kurang lebih tujuh tahun, mampu menghasilkan karya yang dikenal di seluruh dunia, menjadi salah satu pelopor pujangga pada masanya, dikenal dengan Angkatan 45.

Dari buku ini saya tahu kalau Chairil Anwar dekat dengan tokoh perjuangan bangsa seperti Moh. Hatta dan Sutan Sjahrir, bahkan Sutan Sjahrir merupakan kerabat dekat, Chairil dan ibunya pernah tinggal di rumah Sutan Sjahrir.  Hidup di lingkungan para pejuang bangsa makin membentuk kepribadian Chairil yang penuh semangat,pantang menyerah untuk membebaskan negeri ini dari para penjajah melalui puisi-puisinya. Beberapa kali harus masuk penjara karena tulisan-tulisannya yang dianggap memberontak pemerintahan hindia belanda dan Jepang.

Puisi Chairil ternyata tidak hanya bertema perjuangan, namun beberapa juga bertema-kan Cinta. Saya juga baru mengetahui ada banyak nama wanita yang mengisi hati Chairil dan ketika sedang jatuh cinta ataupun patah hati, puisi- puisi itu tercipta.  kisah cintanya memang tidak mulus, bahkan saat sudah menikah, Chairil harus berpisah dengan istri dan satu anak perempuannya. Meskipun kisah kasihnya penuh derita, namun Chairil beruntung selalu dikelilingi teman-teman sesama sastrawan/seniman yang selalu menemani, membantu apapun ketika dalam masalah. Tokoh seniman dan sastrawan seperti Affandi, HB Yassin, Asrul Sani, Des Alwi, Armijn Pane, Mochtar Lubis, dll juga mewarnai kisah dalam buku ini.

Saat kita membaca biografi seorang tokoh, biasanya akan mengambil hikmah dari perjalanan hidupnya, demikian juga Chairil Anwar,kecintaan pada sastra dan dedikasinya pada perjuangan bangsa patut di teladani. Namun untuk gaya hidup, perlu dipertimbangkan atau mungkin tidak perlu menjadi contoh. Chairil merupakan perokok berat, lebih baik tidak makan berhari-hari asal merokok dan minum kopi, hal inilah salah satu penyebab meninggalnya dikarenakan sakit usus.  Meskipun meninggal di usia muda, namun namanya tetap abadi, “Aku mau hidup seribu tahun lagi”, seperti dalam salah satu bait puisinya. Keras kepala dan idealisme atau egoismenya Chairil juga menjadi penyebab retaknya rumah tangga dengan Hapsah,istrinya. Penulis menggambarkan sosok Chairil yang utuh dengan keunikannya, dengan kelebihan dan kekurangannya sebagai manusia biasa.

Buku ini menjadi buku pertama saya yang selesaikan pada tahun 2020. Setengah tahun lebih saya tidak menulis review di blog ini, dikarenakan mood membaca saya terjun bebas, buku biografi Chairil Anwar mampu membangkitkan kembali mood membacaku. Penulis mampu menyuguhkan tulisan ini dengan sangat menarik sehingga menyentuh emosi pembaca, mungkin juga dikarenakan menggunakan sudut pandang orang pertama,sehingga saya seolah menjadi chairil dan hidup pada masanya. Bagi yang malas dan berat untuk membaca buku biografi atau buku puisi, buku ini recomended dibaca. Banyak bait-bait puisi Chairil Anwar di buku ini, patung Chairil Anwar dengan puisi Krawang-Bekasi menjadi cover pada setiap awal bab.

Selain bait puisi, di buku ini juga banyak qoute inspiratif, beberapa quote yang saya suka antara lain:

Kemiskinan sesungguhnya saat orang tak lagi punya semangat untuk mengisi hidupnya (hal :148)

Kesombongan tidak pernah memendekan usia. Justru rasa minder yang bisa mendatangkan penyakit (hal: 281)

 

 

 

 

 

 

 

Diterbitkan oleh siti nuryanti

I'm wife.. a mom with 2 kids and employee full time...but i always have time to read a books

Tinggalkan komentar